SEJARAH ADAT SEDEKAH BUMI DIDESA KAIBON

SEJARAH ADAT SEDEKAH BUMI DIDESA KAIBON

                                                SEJARAH SELAMATAN ADAT MEMETRIBUMI DI DESA KAIBON

            Pada zaman Abad X ada sebuah Kademangan /Desa diBuleleng Bali  yang mempunyai putri sangat cantik  bernama dewi Rarayana.Pada saat itu di  kademangan  tersebut mengadakan ulang tahun  adat dengan  acara pesta  dan mengundang seluruh warga masyarakatnya termasuk para tamu bangsawan manca negara .diantara tamu manca negara yang hadir pada pesta tersebut adalah Adipati majalengka yaitu PATAK WARAK ,yang juga murid dari demang buleleng,sauatu Ketika Adipati Patak Warak pada mengetahui serta melihat kecantikan putri ki Demang yaitu dewi Rarayana  sehingga pada akhirnya Patak Warak menaruh hati(jatuh cinta pada dewi Rarayana ),Namun karena kurang percaya diri dan keyakinannya hingga niat jahatnya  timbul dalam hati untuk membawa lari(menculik) Dewi Rarayana dengan cara paksa ,sontak hilangnya Dewi Rarayana mebuat keluarga kidemang terkejut dan marah termasuk ki demang,hingga membat pengumuman/woro woro Sayembara kepada khalayak ramai bahwa barang siapa yang bisa menemukan dan membawa pulang  Dewi rarayana  jika laki-laki akan dijadikan istrinya dan jika perempuan akan dijadikan saudara (sedulur sinarawedi),hingga putra adipati Cirebon yang bernama Makdum Ibrahim  mendengar berita itu  dan berniat mengikuti sayembara tersebut

                   Setelah perjalanan yang lumayan jauh akhirnya Makdum Ibrahim sampai di Kadipaten Majalengka  untuk membawa pulang Dewi Rarayana  ,sontak Adipati Patak Warak marah hingga akhirnya terjadi perang/perkelahian antara  Patak Warak dan Makdum Ibrahim .setelah bertarung dengan pertarungan yang sengit dan Patak warak menyerah hingga perang dimenangkan oleh Makdum Ibrahim.

Tak berpikir lama Makdum Ibrahim bergegas membawa pulang Dewi Rarayana ke  kampungnya yaitu Buleleng.namun karena jarak antara Mjalengka dan Buleleng sangat jauh akhirnya Dewi Rarayana dan Makdum Ibrahim sampai diKadipaten Ambal  yang saat itu  masih dipimpin oleh Pangeran Arya Balitar dan singgah di pedukuhan Kebonan,karena agak  lama singgah di Dukuh kebonan  para warga masyarakat di pedukuhan tersebut bergotong royong membuatkan rumah untuk ditempati dewi rarayana ,Dewi rarayana di Dukuh kebonan juga bekerja Bertani bercocok tanam hingga panen dan hasilnya sangat bagus dan membuat warga Makmur,disamping itu Sebagian warga ada yang budidaya tawon yang  madunya rasanya pahit namun menurut Dewi Rarayana madu pahit bisa dibikin enak /digawe enak dan bisa buat obat/Kesehatan dengan cara diolah ,dimasak dicampur dengan rempah-rempah, berhubung cuaca di dukuh Kebonan sangat panas karena pengaruh sinar matahari Dewi rarayana menjadi hitam  dan saat itu pula dia berganti nama menjadi Dewi Rara ireng ,selanjutnya untuk mengenang daerah pedukuhan tersebut  oleh Dewi rarayana /Rara Ireng tempat petilasan/singgah beliau diberi nama Dukuh MADUGAWE,dan beliau berucap bahwa setiap tahun harus mengadakan acara ulang tahun adat seperti didaerah asalnya yaitu Buleleng,dan beliau berpesan kepada seluruh warga dukuh Madugawe agar setiap tahun mengadakan selamatan adat yaitu memetri bumi /selamatan bumi karena bumi adalah tempat kehidupan ,yang alkhamdulillah pesan dari beliau Dewi Rara Yana /rara Ireng masih dilaksanakan dan dilestarikan sampai sekarang setiap bulan Sura /muharam  terbukti sampai tahun ini setiap bulan Muharam desa Kaibon selalu mengadakan  selamatan Memetri Bumi/sedekah bumi dengan menyembelih 2 ekor kerbau   di 2 tempat petilasan yang dikeramatkan:

      1,petilasan  dewi Rarayana /Rara ireng

                                                                                                           

      2.Petilasan Eyang Joko Kastomo/Patih  Sawiji       dan dagingnya dibagi bagikan kepada seluruh warga desa  Kaibon serta warga manca desa yang mempunyai tanah didesa Kaibon  dan kenduri di 2tempat makam/petilasan tersebut diatas ,serta malamnya diadakan pentas wayang semalam suntuk di rumah Kepala Desa KAibon,selain adat memetri bumi di tiap Dusun juga  setiap tanggal 15 bulan Sa’ban  selalu melestarikan budaya Nyadran ,,yaitu menyembelih kambing yang dagingnya dibagi bagikaan kepada seluruh warga pedukuhan dilanjutkan dengan selamatan kenduri

             Setelah sangat lama singgah di dukuh Madugawe/Dewi rara yana dan Makdum Ibrahim melanjutkan perjalanan ke tanah kelahiranya yaitu Buleleng Bali untuk menemuidan  keluarga orang tuanya

            Itulah sejarah adanya selamatan memetri bumi didesa Kaibon yang sampai saat ini masih diuri uri/dilestarikan (Nara sumber sejarah: Bapak Pujiono tokoh Spiritual dan sesepuh masayarakat,Visualisasi cerita Ki dalang Samingun anggit Purwoko di Wayang virtual babad urut sewu seri Dumadine dukuh madugawe desa Kaibon.